Beranda > Ngelmu Manca > 5 STEPS TO AWARENESS ; 40 Kebiasaan Orang Yang Tercerahkan (Langkah Ke Dua ; Point 9-11)

5 STEPS TO AWARENESS ; 40 Kebiasaan Orang Yang Tercerahkan (Langkah Ke Dua ; Point 9-11)

Saduran dan ulasan dalam Bahasa Indonesia oleh : ANAND KRISHNA


9. Seek Companionship with Men of Wisdom (Bersahabatlah dengan Para Bijak)

 

Seperti ayat-ayat yang lain, ayat ini dimaksudkan bagi para Saadhaka, yaitu mereka yang “sedang menjalani” pelatihan rohani ; bukan bagi mereka yang merasa “sudah selesai menjalani”-nya ; bukan bagi mereka yang menganggap dirinya sudah cukup bijak, sehingga tidak lagi membutuhkan bantuan dari para bijak. Ayat-ayat ini dimaksudkan bagi mereka yang tidak angkuh, yang siap menundukkan kepala, dan mau belajar.

Kita akan menjadi orang seperti orang-orang yang biasa kita ajak bergaul. Karena ayat ini mudah dimengerti. Bergaullah degan para bijak, bersahabatlah dengan mereka supaya kita sendiri nanti juga bisa bijak.

Tapi, siapa saja yang patut disebut bijak ? Setiap orang yang emosinya tidak bergejolak ; setiap orang yang dapat berpikir dengan jernih dan tidak terbawa oleh amarah ; setiap orang yang bertindak sesuai dengan kesadarannya, bukan karena hasutan orang, bukan karena dipengaruhi orang. Selain itu, orang bijak adalah setiap orang yang dapat mendengarkan suara hatinya ; setiap orang yang dapat membedakan tindakan yang tepat dari yang tidak tepat.

Para bijak bukanlah para dewa penghuni surga. Mereka bukanlah para malaikat yang turun dari angkasa. Bajingan yang sadar akan kebajingannya, dan berusaha untuk membebaskan dirinya dari sifat rendahan itu adalah orang bijak. Para bijak adalah manusia biasa seperti diri kita, yang kemudian menjadi luar biasa karena keyakinan mereka pada manusia dan kemanusiaan.

Seorang bijak tidak berusaha untuk menjadi manusia luar biasa, dan itulah keluarbiasaan dia. Ia tidak perlu tampil sebagai dewa atau malaikat. Ia tidak perlu mengaku sebagai penerima wahyu. Ia percaya pada kebijakan serta Kehendak Allah yang telah menentukan dirinya sebagai manusia. Ia percaya pada kesempurnaan Allah. Ia percaya bahwa Kebijakan serta Kehendak-Nya pun sempurna. Tak ada yang perlu ditambahkan lagi. Ia lahir, hidup, dan mati sebagai manusia. Ia menerima Kehendak Allah sepenuhnya. Kemanusiaan di dalam dirinya itulah Kebijakan.

Bila bertemu seorang “biasa” seperti itu, ciumlah tangannya, karena dialah Sang Bijak yang kehadirannya kita butuhkan dalm hidup kita.

Seorang bijak adalah manusia biasa dengan segala kegagalan dan keberhasilannya, kelemahan dan kekuatannya, kekurangan dan kelebihannya. Ia tidak menutupi sesuatu apapun jua. Ia tidak berpura-pura. Ia tidak memasang topeng untuk tampil beda. Perkayalah dengan bersahabat dengannya.

Bersahabatlah dengan para bijak, karena hanya mereka yang dapat membangkitkan semangat untuk mengabdi dan berbakti.

 

10. Be established in firm devotion to the Lord (Mengabdilah selalu pada Yang Mahamemiliki)

 

Mengabdi kepada siapa ? Berbakti kepada siapa ? Kepada mereka yang mengaku Mahatahu dan mahamemiliki ? Kepada mereka yang telah menyandera hak kita untuk berpikir dan berperasaan ? Kepada mereka yang ingin menguasai kita ? Tentunya tidak. Mengabdilah kepada Ia Yang Maha Memiliki. Kepada Ia Yang adalah Pemilik Tunggal Alam Semesta. Kepada Dia yang disebut Hyang Widdhi oleh orang Hindhu, Adi Buddha oleh orang Buddhis, Bapa di Surga oleh orang Kristen, dan Allah oleh orang Muslim. Dia pula Tao yang Tak Terungkap, dan Kami Yang Tak Terjelaskan namun dapat “dijalani”, dilakoni dalam keseharian hidup. Dialah Satnaam para pemuja Sikh, Sang Nama Agung Yang Berada di Atas Semua Nama.

Be establihsed in firm devotion ~~ janganlah engkau goyah dari imanmu itu, dari pengabdianmu itu ….. Dari Iman pada Pengabdian itu sendiri !

Seornag pelayan boleh goyah ; seorang pembantu tidak perlu beriman ; tetapi seorang pengabdi yang telah menyerahkan dirinya haruslah beriman.

Kita bisa beragama tanpa beriman, namun untuk melakoni agama, kita harus beriman. Sekian banyak orang tanpa iman mengaku diri mereka beragama. Masyarakat menerima pengakuan mereka. Lembaga-lembaga terkait, bahkan instansi pemerintahpun mengakui mereka beragama, namun laku mereka bertentangan denga ajaran agama. Mereka bukanlah pengabdi.

 

11. Cultivate the virtues such as shaanti, etc. (Kembangkan nilai-nilai luhur seperti kedamaian dan lain-lain)

 

Shankara memberikan ciri-ciri seorang pengabdi. Ia adalah orang yang tenang dan telah berdamai dengan dirinya, maka ia dapat berkarya dengan tenang. Ia dapat bekerja dengan damai dan dapat menyebarluaskan ketenangan dan kedamaian yang dialami dan dirasakannya.

Banyak hal yang amat bernilai seperti kebenaran, kebajikan, kasih, dan lain-lain, namun Shankara hanya menyebut salah satu di antaranya secara spesifik. Kenapa ? Karena, ia adalah ahli ilmu jiwa. Ia yakin bahwa jiwa yang damai akan menemukan sendiri nilai-nilai luhur lainnya.

Jiwa yang damai tidak terbujuk oleh kepalsuan, karena kepalsuan tidak pernah mendamaikan. Jiwa yang damai tidak mengenal kejahatan, karena kejahatan merusak kedamaian. Jiwa yang damai tidak bisa membenci, karena kebencian menyisihkan kasih dari hati.

Jiwa yang damai adalah jiwa yang telah bersentuhan dengan Kebenaran, dengan Kasih, dengan Yang Maha Bajik dan Bijak. Kepercayaan Shankara pada kedamaian sungguh luar biasa. Ia melihatnya sebagai lahan basah dan subur di mana tumbuh-tumbuhan air akan tumbuh sendiri. Tidak ada sesuatu yang mesti dilakukan lagi. Just sit and watch it grow, duduk dan saksikan pertumbuhan nilai-nilai di dalam diri. Syaratnya hanya satu ; pastikan bahwa lahan jiwa kita basah. Hati kita berlembab karena damai, karena kedamaian.

Kita bisa bicara panjang lebar tentang nilai-nilai lain, tentang apa saja yang bisa tumbuh. Tapi, tidak. Kita tidak akan membicarakannya. Kita menghormati pemahaman serta Kesadaran Mahaguru. Kedamaian, titik. Nilai-nilai lain, “yang lainnya” itu akan tumbuh sendiri bila hati kita sudah damai. Bila jiwa kita sudah damai.

 

  1. 10 Februari 2011 pukul 8:36 pm

    Alhmdulillah… Berarti saya termasuk orang bijak…
    *langsung bancakan*

    🙂

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar