Beranda > Kesehatan > LABU KUNING DAN DELIMA, PENUMPAS KANKER PAYUDARA

LABU KUNING DAN DELIMA, PENUMPAS KANKER PAYUDARA

Pagi-pagi begini enakan tongkrong di Gubuge Ki Lurah Petruk. Disitu aku bisa dapat banyak informasi dalam banyak hal. Ya, banyak hal, maklum, Ki Lurah Petruk  kan punya kenalan Dukun canggih yang bernama Mbah Gugel. Hehehe …

Lagian Ki Lurah Petruk kan kerjaannya di pabrik anggur, alias pengangguran, jadi pasti jam segini dia ada di rumah. 😀

Sampai di depan pitu rumah Ki Lurah, aku mencoba melongok ke dalam. Kayaknya sepi. Yaah, maklum, jam segini kan anak-anaknya yang kecil-kecil lagi pada tidur. Tamupun juga belum ada, karena rumah ini kan rumah baru setelah di rumah gratisan yang lama dia gak bisa log in.

Baru mau ketuk pintu, terkejut aku melihat mukanya yang jelek tersebut muncul dari balik jendela sambil nyengir “ Isuk-isuk wis klayapan ! Ada apa, mas ?, “ sapanya sambil membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk.

Setelah duduk dan berbasa-basi sebentar, aku lalu menceritakan tentang warga di kelurahan sebelah yang kebetulan terkena kanker payudara.

“ Itu lho, Ki, prawan di kelurahan sebelah. Kasihan ya, ki, sampai kena kanker payudara begitu  …,” kataku memulai pembicaraan. “ Kira-kira ada nggak ki, obat atau jamu atau apa lah gitu, yang bisa menyembuhkan kanker tersebut ? Kasihan banget lho ki keadaannya, aku jadi memelas sama dia ….”

“ Waah … Sampeyan ki lho, awan-awan, panas-panas koq ngrembug perkara susu ki, lho ! Maraake emosi, ki …  🙄 , “ kata Ki Lurah sambil nyengir.

“ Lha koq emosi kepriye to, ki ? Malah gak mudheng aku, ki …,” tanyaku.

“ Ha iya ra pa-pa, wong mung gojekan wae, koq … J. Ya kalau yang namanya penyakit itu kan bisa di obati macem-macem cara to mas, bisa lewat dokter, atau lewat pengobataaan alternatif. Di kelurahan kita ini juga ada to, ahli pengobatan alternatif, seperti pijat refleksi ?! Kae wong e kejaba sosialnya tinggi juga pasiennya lumayan, banyak yang cocok. Ongkosnya suka rela, ora ngarani. Pira-pira wae ya di tampa. Malah dia nggak tahu pasien itu bayar apa nggak, wong setiap pasien yang mau kasih amplop di suruh masukkan sendiri amplopnya di kotak yang di taruh di luar. Lha mbok coba diajak ke sana, siapa tahu cocok …,” Kata Ki Lurah Petruk.

“ Wah, iya, ya … Bener, Ki … Si anu kae kan ancene jago mijet kae. Pasien e ya ora sethithik. Hiya, coba ngko tak jak e mara mrana ki …,” jawab ku sambil menepuk dahi menyadari kealpaan diriku ini.

“ Lha iya, mula karo tangga teparo ki ya srawungan, ora mung ndhekem wae neng njero kamar … Piye-piye a ki sesrawungan ki akeh paedah e, salah siji ne ya iki mau, dadi weruh inpormasi-inpormasi tentang apa wae, “ Kata ki Lurah.

“Karang jenenge wong lali ki kepriye to, Ki…., Ki …, kok terus mbok paidu ki, lho … aku lak ya tetep gelem sesrawungan karo tangga teparo, nadyan to mung sesasi pisan, ning rak teges e ya isih srawung …,” Jawabku menyanggah pernyataan Ki Lurah. “ Jan-jan e nalar e kepriye to, Ki, pijet kok isa menyembuhkan penyakit, kuwi ? Sak weruh ku, pijet iku mung kanggo nambani pegel-pegel, je ?” Imbuhku.

“ Hehehehe, iku rak ya mung gegojekan ta, mas, aja njur di lebokna neng jero ati … “ Kata Ki Lurah. “ Pijet refleksi itu setahuku berbeda dengan pijet-pijet pada umumnya. Teorinya, dalam tubuh manusia ini terdapat ratusan atau bahkan mungkin ribuan titik-titik simpul syaraf yang berhubungan dengan seluruh organ tubuh. Nah, syaraf-syaraf tersebut, atau pembuluh-pembuluh darah tersebut, kan kerjaannya setiap hari mengalir dengan di pompa oleh Jantung ke seluruh tubuh. Di dalam aliran darah tersebut selain membawa sari-sari makanan, juga membawa sel-sel mati yang nantinya akan di buang. Dalam perjalanannya, segala macam muatan dalam darah itu kadang-kadang terhenti dan menyumbat di tikungan-tikungan pembuluh darah (atau yang dinamakan titik syaraf itu tadi). Semakin lama semakin menumpuk dan bertambah banyak. Dan itu bisa menimbulkan penyakit, selain karena sampah-sampah yang seharusnya terbuang namun justru terhenti dan menumpuk di situ, juga pada akhirnya mengganggu sirkulasi darah serta proses regenerasi sel jadi terganggu. Lha kenapa koq bisa terganggu ? Iya, terganggu, karena ada pos-pos yang tersumbat itu tadi, pada akhirnya sari-sari makanan yang nantinya dipergunakan untuk mengganti sel-sel mati tersebut, malah jadi ikut tersangkut di situ, sehingga menyebabkan proses regenerasi sel dalam tubuh/organ-organ tubuh jadi kurang sempurna. Naaah, tikungan-tikungan itu tadi adalah titik balik pembuluh darah yang sering di bilang syaraf sama orang kebanyakan itu. Di situ, kalau dipijat terasa sakit, berarti di organ tubuh yang di lewati jalur tersebut ada yang terganggu. Makanya harus di pijat terus secara rutin, secara kontinyu, supaya sumbatan-sumbatan tersebut hilang dan peredaran darah menjadi lancar sehingga proses regenerasi sel bisa berlangsung secara lebih sempurna …,” kata Ki Lurah panjang lebar.

“ Wah ! Manteb tenan, Ki ! Itu juga dapat dari mbah gugel apa, Ki ?” tanyaku.

“ Ora … Nek iki biyen aku sing ngajari Rama ku. Mula aku sak anak-anakku ki ora tau sing jenenge priksa menyang dokter, sebab aku sak anak-anakku ki rutin ora ketang 2 minggu pisan mesthi pijet refleksi …,” Jawab Ki Lurah.

“ Wah, hebat ya, Ki, rama ne sampeyan ki … Njur nek kanker ki apa ya bisa di sembuhkan melalui pijat refleksi itu tadi, Ki ?” Tanyaku lagi.

“ Ya kalau belum terlalu parah, ada ya yang bisa di sembuhkan melalui pijat refleksi. Di Semarang, Pekalongan, Jogja, Jakarta, dulu kenalanku ada yang bisa menyembuhkan penyakit kanker tersebut. Makanya, menjaga kesehatan itu jauh lebih penting daripada mengobati, supaya di kemudian hari nggak keluar banyak biaya untuk pengobatan … Kan sayang, uang segitu besar untuk berobat, mendingan kan di tabung, atau mungkin buat membeli kebutuhan lain yang lebih penting …,” Kata Ki Lurah lagi.

“ Lha untuk pencegahannya, bagaimana caranya, Ki ?” tanyaku.

“ Ini, ada artikel di Detik yang bicara tentang itu. Di baca saja sendiri, supaya aku ora kedawan-dawan anggone ngecuprus …,” jawabnya lagi

“ Hehehe, iki lho, sing tak senengi saka Lurahku siji iki. Pengetahuannya luas ! Hehehehe …, tak waca neng omah wae ra pa-pa ta, Ki ? Lha endi kuwi, artikele ?”

“ Hiya nyoh iki wacanen. Klik di sini dan klik di sini …, “ jawab Ki Lurah lagi.

Setelah mengucapkan banyak terima kasih, aku segera pamit untuk memberitakan kabar yang aku dengar dari Ki Lurah ini … J

Kategori:Kesehatan
  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar